Kendari, Portal.id — Kota Kendari rasanya masih perlu berperang melawan stunting. Pasalnya, berdasarkan data E-PPGBM Puskesmas, prevalensi stunting di kota lulo cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Dari data tersebut, sejak tiga tahun terakhir secara umum prevalensi stunting di Kota Kendari mengalami peningkatan yakni di 2021 0,95 persen, 2022 1,40 persen, dan 1,69 persen di 2023.
Dari 11 kecematan, Kecamatan Kendari Barat dengan prevalensi tertinggi pada tahun 2021 yakni 2,24 persen, disusul Kecamatan Kendari 1,84 persen, dan Kecamatan Puuwatu 1,51 persen.
Pada tahun 2022 terjadi pergeseran dimana pervalensi stunting tertinggi terjadi di Kecamatan Kendari yakni 2,37 persen, disusul Kecamatan Kendari Barat 2,57 persen, dan Kecamatan Wuawua 2,34 persen.
Kemudian pada 2023 prevalensi tertinggi terjadi di Kecamatan Kendari Barat yakni 3,53 persen, disusul Kecamatan Kendari 3,26 persen, dan Kecamatan Abeli yakni 2,90 persen.
Berdasarkan data tersebut, terdapat lima kecamatan dengan angka prevalensi stunting tertinggi tahun 2021—2023, yaitu Kecamatan Kendari Barat, Kendari, Abeli, Wuawua, dan Puuwatu.
Kendati demikian, hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Kota Kendari sebesar 24 persen dan turun menjadi 19,5 persen di 2022. Adanya perbedaan prevalensi stunting antara E-PPGBM dan SSGI tersebut tidak menjadi hal yang perlu diperdebatkan, karena masing-masing menggunakan metode yang berbeda.
Data E-PPGBM merupakan hasil pengukuran berbasis pelayanan baik di posyandu maupun di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan dilakukan setiap bulan, sedangkan SSGI berbasis survey dan dilakukan pada periode waktu tertentu.
Laporan: Ferito Julyadi